![]() |
Waki (kedua dari kiri) bersama para wisudawan Prodi Tarjamah |
Waki Ats Tsaqofi menjadi lulusan terbaik Jurusan Tarjamah pada Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Kamis (26/11/2015), pada wisuda ke 98 2015. Sebelum masuk UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, laki-laki kelahiran Serang, 5 Juli 1992 ini adalah lulusan Pesantren Modern Al-Mizan Rangkasbitung (lulus 2010).
“Man Jadda Wajada, siapa saja yang bersungguh-sungguh, maka ia akan berhasil,” begitulah pepatah yang senantiasa menjadi inspirasi bagi Waki untuk terus berjuang menjadi yang terbaik. Selama kuliah, Waki telah menulis beberapa karya di antaranya, buku Rezeki Nomplok Lewat Blog (2013), Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan (2014), dan Today Berkah (2015). Bukan hanya menulis dia juga menerjemahakan buku berbahasa Arab, salah satunya, Berkah Sedekah (2014) yang diterjemahkan dari buku Min ‘Ajâibi as-Shadaqah. Berbagai bukupun sudah disuntingnya baik buku terjemahan maupun buku biasa.
![]() |
Waki saat menerima penghargaan |
Selain fokus di bidang perbukuan, Waki juga berpengalaman mengikuti sejumlah organisasi, di antaranya Ketua Bidang Kelembagaan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Tarjamah (2013-2014), Badan Esekutif Mahasiswa (BEM) Adab dan Humaniora (2014) dan juga Ketua Komisi V bidang Informasi dan Publikasi Senat Mahasiswa (SEMA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2015). Selain itu, di luar kampus Waki aktif sebagai pengurus, di antaranya sebagai Ketua Biro Politik Mahasiswa Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Fakultas Adab dan Humanior (Komfaka) pada 2014-2015 dan Ketua Biro Organ Gerakan Kepemudaan dan Perguruan Tinggi PMII Cabanag Ciputat (2015). Waki juga menjadi kontributor di berbagai media di antaranya, NU Online, Basisislam.com, GreenDakwah.com, FathulIslam.com, dan juga uin-community.us.
Kebanyakan orang berpendapat bahwa dengan ikut berorganisasi akan menjadikan nilai anjlok, prestasi buruk, juga menyita banyak waktu, biaya dan tenaga. Semua itu ditepis oleh Waki, walaupun menjadi aktivis tak membuat nilainya anjlok dan tak bisa berkarya yang lebih spektakuler dia juga menjadi Wisudawan terbaik.
Menurutnya, kuliah itu adalah di dalam ruangan dan di luar ruang kuliah. Jika kita ingin disebut sebagai aktivis, maka jangan hanya jadi aktivis di luar ruang kuliah, tapi juga aktivis di dalam ruang kelas. Kita merugi jika hanya belajar di dalam kelas saja. Bagi teman-teman yang ingin belajar hanya di dalam kelas saja, maka akan masuk golongan orang yang merugi. Karena di ujung masa kuliah kita hanya akan keluar membawa selembar kertas bertuliskan transkrip atau selembar kertas ijazah. Masa depan tidak bisa dibuat atau dibangun hanya dengan selembar kertas itu.
Waki dinyatakan lulus sebagai sarjana sastra terbaik dengan yudisium Cumlaude. “Sungguh, ini kebahagiaan yang tak ternilai harganya. Saya ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua dan keluarga besar, kepada ibu dan bapak dosen yang senantiasa memberi kebaikan, motivasi, inspirasi, serta mengajarkan arti dari sebuah perjuangan, hingga mengantarkan pada gerbang akhir perkuliahan ini. Semoga ilmu yang saya dapatkan di kampus ini bisa menjadi ilmu yang insya Allah akan bermanfaat bagi semua. Saya menyadari bahwa perjuangan hingga mencapai saat ini hanyalah merupakan sebagian kecil dari perjalanan panjang yang harus dilalui. Oleh karena itu, saya mohon do'a restu dari bapak dan ibu dan teman-teman semua agar dapat meneruskan perjuangan ini menuju masa depan yang lebih baik,” ujarnya.
Sekarang, Waki bersama sahabatnya Hanif dan juga Abay sedang mengembangkan dunia penerbitan yang berfokus pada bidang terejamah bahasa Arab ini upaya untuk mencegah paham-paham keislaman yang radikal atau fundamental yang tidak cocok untuk berislam di Indonesia. Skripsinya pun mengenai penerbitan yang berjudul ‘Memahami Keislaman Penerbit Melalui Buku-buku Terjemahan (Studi Kasus Penerbit Gema Insani Press dan Penerbit Serambi).
“Sekarang banyak buku-buku dari Timur Tengah banyak yang terlalu ekstrim dan terlalu ideologi sehingga buku-buku tersebut mempengaruhi muslim Indonesia dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Kita harus melek dalam perbukuan Islam agar paham-paham ekstrim bisa dicegah” ucap Waki.
Waki berpesan, ketika menjadi aktifis jangan lupakan sisi akademiknya juga “Jadilah aktifis, tapi jangan lupakan kuliah. Mahasiswa itu baca, tulis, dan ngopi (diskusi) bonusnya dapet pacar” (MT)