Oleh: Acep Zoni S.M
Di manapun, taman selalu dilukiskan sebagai tempat yang penuh keindahan, kenyamanan, dihiasi dengan aneka pepohonan dan bunga warna-warni, tidak ada satupun taman di dunia ini yang digambarkan dengan ketidaksedapan, kekotoran dan kesmerawutan.
Akan tetapi apabila kita mencari ke taman-taman seluruh dunia saat ini, tentu tidak akan pernah ditemukan sebuah taman yang disebut dengan taman surga, kecuali apa yang diriwayatkan oleh Anas bi Malik RA, bahwasanya Rasulullah SAW pernah mengatakan kepada para Sahabat, “Jika kalian melewati taman-taman surga, maka singgahlah dengan senang.” Para Sahabat bertanya, “Apakah taman surga itu, wahai Rasulullah?” Jawab beliau, “Halaqah-halaqah (majelis-majelis) dzikir.” (HR at-Tirmidzi).
Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW menyebut taman-taman surga itu dengan majelis-majelis ilmu, sedangkan dalam riwayat Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW menyebutnya dengan masjid-masjid. Hadits ini secara jelas memberikan pengertian bahwa majelis dzikir, majelis ilmu dan masjid disamakan dengan taman surga, tentu dari sisi kemuliaan dan keutamaannya.
Maka pantas saja suatu saat Mu’adz bin Jabal seorang intelektual muda di zaman Rasulullah SAW pernah mengajak sahabat yang lain dengan perkataannya yang indah: “Ijlis bina nu`min sa’ah”, Duduklah bersama kami, kita perbarui iman sejenak. (H.R. Bukhari).
Ungkapan ini telah diambil oleh Ibnu Rawahah RA, lalu dia berkata kepada Abu ad Darda RA sambil memegang tangannya: Marilah kita beriman sejenak. Sesungguhnya hati lebih cepat berbolak-balik dari pada isi periuk yang sedang menggelegak).
Sahabat Rasulullah ini mengajak kita berhenti sejenak untuk sekedar rehat dari kesibukan super tinggi di atmosfer keduniaan menukik hinggap di taman-taman surga seraya mencocokan arah kompas, mengukur peta dan memeriksa bekal perjalanan kita selama mengarungi dahsyatnya kehidupan dunia.
Alangkah indahnya saat kita lelah, haus dan dahaga, kita rehat sejenak di antara suasana rindang dan indahnya taman-taman surga yang penuh dengan kenikmatan tiada tara. Sebuah suasana surgawi yang tidak pernah diperoleh di taman-taman lain di dunia ini. Suatu rekreasi ruhiyah yang memberikan kesegaran setelah menempuh perjalan jauh yang melelahkan di antara hiruk pikuk dunia yang bercampur kegetiran, kegundahan, keluh kesah, kegersangan dan keputusasaan hati dan fikir. Dan beberapa abad yang lalu Rasulullah SAW telah memberikan sebuah jawaban dari kegundahan manusia dengan haditsnya:
“Tidaklah suatu kaum berkumpul di sebuah rumah Allah, membaca kitab Allah dan mempelajarinya, melainkan akan diturunkan kepada mereka ketenangan, diliputi oleh rahmat, dan dikelilingi oleh malaikat, dan mereka akan disebut-sebut Allah dihadapan orang-orang yang ada di sisi-Nya (para malaikat) (HR Muslim).
Inilah rehat yang sangat berharga. Rehat yang menjadi sebuah keharusan sepanjang zaman bagi setiap insan beriman sejak dilahirkan ke dunia ini sampai akhir hayatnya. Sebuah rehat yang memiliki keutamaan hebat, yang tidak bisa diukur dengan harga dunia. Siapapun bisa meraihnya walaupun kadang kemalasan senantiasa menghadang, tapi di balik itu siapapun yang berusaha berjalan menuju taman-taman surgawi, Allah SWT akan berikan kemudahan jalan menuju surga hakiki.
Marilah kita datangi taman-taman surga itu bersama keluarga, handai taulan dan tetangga kita. Jangan biarkan taman itu kosong dan kita menjadi penikmat keindahannya dari kejauhan, tapi masuklah ke dalamnya kemudian rehatlah sejenak untuk memperbaharui iman kita dengan ilmu yang memancar darinya. Marilah kita bangun dunia ini dengan mengantongi bekal ilmu dari taman-taman itu.
Sejarah berbicara, dari rehat-rehat yang dibangun di halaqah–halaqah Rasulullah SAW , ternyata mampu melahirkan para sahabat tangguh, berilmu, berkepribadian dan dengan gigihnya menebarkan Islam ke seluruh penjuru dunia. Sebuah dakwah rahmatan lil ‘alamin yang mampu membangun etos masyarakat dunia menuju kemajuan ilmu pengetahuan sehingga menjadi masyarakat beradab yang dibimbing oleh wahyu.
Ala kulli hal, ada sebuah nasehat dari seorang ulama besar, Ibnu Hazm kepada pencari ilmu: “Jika anda menghadiri majelis ilmu maka janganlah hadir kecuali kehadiranmu itu untuk menambah ilmu dan memperoleh pahala, dan bukannya kehadiranmu itu dengan merasa cukup akan ilmu yang ada padamu, mencari-cari kesalahan (dari pengajar) untuk menjelekkannya. Karena ini adalah perilaku orang-orang yang tercela, yang mana orang-orang tersebut tidak akan mendapatkan kesuksesan dalam ilmu selamanya. Maka jika anda menghadiri majelis ilmu sesuai dengan apa yang telah kami sebutkan, maka tetapilah tiga hal ini dan tidak ada keempatnya.”
Artikel diambil dari: http://www.mengenalislam.com/2017/10/20/rehat-di-taman-surga/