اْلحَمْدُ للهِ
اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ
النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك
لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى
سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى الِه وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى
يَوْمِ الدِّين، أَمَّا بَعْدُ: فَيَايُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ
بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي
اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم، بِسْمِ
اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا
قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ
وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا
اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ
إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
صَدَقَ اللهُ
العَظِيمْ
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an surah Az-Zalzalah,
ayat 7 dan 8 sebagai berikut:
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ *
وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
Artinya: "Barang siapa berbuat kebaikan sebesar
zaroh pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa yang
mengerjakan keburukan sebasar zaroh pun, niscaya ia akan melihat (balasan)nya
pula."
Zaroh adalah bagian terkecil dari sesuatu, yang di
dalam Ilmu Fisika disebut atom. Allah SWT menegaskan bahwa tak satu pun
perbuatan manusia, meski sekecil atom, lepas dari perhatian dan pengawasan
Allah SWT. Perbuatan baik, betapapun kecilnya, pasti akan mendapat balasan.
Demikian juga perbuatan jelek pasti akan mendapat balasan. Balasan bisa
diterima di dunia ini, dan bisa pula di akhirat kelak. Bahkan tidak menutup
kemungkinan ada balasan yang tidak hanya di dunia tetapi juga di akhirat.
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa lepas dari
pergaulan sesama manusia. Dalam pergaulan itu, disadari atau tidak, kita sering
melakukan sesuatu yang jelek, seperti bicara ceplas ceplos tak terkendali dan
menyakiti orang lain. Orang-orang yang memiliki masalah ADHD, misalnya,
biasanya berperilaku impulsif
Perilaku impulsif ditandai dengan ketidakmampuan atau
kegagalan mengendalikan gejolak hati. Apa kata hati selalu dituruti, padahal
dorongan hati tidak selalu baik. Orang-orang impulsif biasanya sangat
emosional. Emosinya seringkali mengalahkan pikirannya meskipun mereka mungkin
orang-orang yang sangat cerdas. Jika kita termasuk orang seperti ini, kita
harus belajar bagaimana mengendalikan ucapan-ucapan yang tidak baik dan
menyakiti orang lain. Kita harus bicara yang baik karena segala sesuatu yang
baik merupakan sedekah sebagaimana hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan dari
Jabir bin Abdullah RA sebagai berikut:
كُلُّ
مَعْرُوْفٍ صَدَ قَةٌ
Artinya: “Setiap kabaikan adalah sedekah.”
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Oleh karena perkataan yang baik termasuk sedekah, maka
perkataan itu pasti akan mendapatkan balasan yang baik dari Allah SWT. Untuk
itu, orang-orang emosional atau pemarah harus belajar mengendalikan lisannya
agar tidak bicara seenaknya yang dapat merusak hubungan antar personal.
Orang-orang seperti ini biasanya memiliki konflik dengan orang lain. Di dalam
keluarga mereka berkonflik dengan anggota keluarga lainnya, seperti dengan
isteri atau suami, dengan anak atau orang tua, dan dengan kakak atau adik. Di
lingkungan tetangga, mereka juga sering menjadi masalah. Di tempat bekerja,
mereka juga sering cekcok dengan teman-teman sendiri. Di tempat-tempat ibadah,
mereka juga sering membuat ketidak nyamanan orang lain.
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Silaturrahim bisa terganggu disebabkan oleh
perkataan-perkataan yang menyakitkan dari orang-orang emosional. Orang-orang
yang sering kita sakiti baik dengan sikap maupun ucapan yang emosional pasti
mengalami kesulitan untuk bersaksi bahwa kita orang baik. Padahal kita membutuhkan
kesaksian seperti itu ketika kita telah meninggal dunia, misalnya pada saat
dibacakan mahasinul mayyit kita dalam upacara takziyah atau layatan. Biasanya,
kiai atau ustadz menanyakan kepada pelayat apakah si mayit orang baik.
Bagaimana mungkin mereka yang sering kita sakiti akan bersaksi tanpa hambatan
bahwa kita orang baik kalau setiap hari di masa hidup kita, kita sering melukai
hati mereka? Kalau tokh mereka menjawab bahwa kita orang baik, mungkin mereka
mengatakan hal itu hanya di lisan saja karena etika memang menuntut demikian.
Padahal di dalam hati, mungkin mereka mengatakan yang sebaliknya.
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِا للهِ وَ اْليَوْمِ اْلاخِرِ
فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْلِيَصْمُتْ
Artinya: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari
akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” ( HR Muslim)
Jadi bicara yang baik itu sangat perlu dan kita harus
bisa. Jika tidak, sebaiknya kita memilih diam. Mengapa demikian? Sebab setiap
amal baik, sekecil apa pun, pasti akan di balas Allah SWT. Perkataan yang baik
tidak saja mendapat pahala dari Allah SWT, tetapi juga secara sosial
menciptakan suasana kondusif yang memungkinkan masyarakat untuk hidup bersama
dengan damai dan tentram. Orang-orang tua kita sering berpesan, “podho-podho
sing ngomong, mbok ngomongo sing apik.” Artinya, sama-sama mengeluarkan energi,
yakni berbicara, bicaralah yang baik. Maka haruslah kita hindari ucapan-ucapan
kotor seperti misuh-misuh, ucapan-ucapan kasar seperti menghujat atau
menghardik sebab kesemuanya itu bisa menimbulkan ketidak nyamanan bagi orang
lain. Ucapan-ucapan seperti itu pasti akan dicatat malaikat dan kita harus
mempertanggung jawabkannya kelak. Pasti akan ada balasan, yakni siksa dari
Allah SWT, sebagaimana ditegaskan dalam ayat yang di awal telah disampaikan,
yakni:
وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًا يَرَهُ
Artinya: “Dan barang siapa mengerjakan keburukan
sebasar zaroh, atau sekecil apa pun, niscaya ia akan melihat (balasan)nya
pula.”
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Hidup di dunia ini hanyalah sebentar. Maka hendaknya
hidup yang sangat singkat ini kita manfaatkan sebesar-besarnya untuk menyiapkan
bekal yang sebanyak-banyaknya untuk hidup abadi di akhirat nanti. Barangsiapa
yang bekal akhiratnya sangat banyak, pasti akan hidup bahagia di surga bersama
orang-orang saleh yang di ridhai Allah SWT. Barangsiapa yang bekal akhiratnya
sedikit atau bahkan kurang, pasti akan sengsara di akhirat. Mereka akan menjadi
geladangan yang mondar-mandir kesana kemari meminta pertolongan. Maka sisa
hidup ini marilah kita isi dengan amal-amal saleh sekecil apa pun kesalehan itu
agar kita selamat di dunia dan akhirat. Amin, amin, ya rabbal alamin.
جَعَلَنا اللهُ
وَإيَّاكم مِنَ الفَائِزِين الآمِنِين، وَأدْخَلَنَا وإِيَّاكم فِي زُمْرَةِ
عِبَادِهِ المُؤْمِنِيْنَ : أعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجِيمْ، بِسْمِ
اللهِ الرَّحْمانِ الرَّحِيمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ
وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
باَرَكَ اللهُ
لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ
وذِكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ
رَحِيْمٌ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ
عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ.
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ
رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ
وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا بَعْدُ
فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى
وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى
بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ
يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ
وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ
عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ
سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ
اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى
بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ
وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ
الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ
لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ
اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ
وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ
اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ
اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ
الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ
وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ
عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ
عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى
اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا
وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ
ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ
وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Muhammad Ishom, dosen Fakultas Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta
Sumber: NUOL