Oleh: Sarah Hajar Mahmudah
Percintaan dan pernikahan memang tidak pernah berhenti diperbincangkan, apalagi bagi kaum muda yang sedang dimabuk asmara. Namun seringkali percintaan di kalangan remaja dianggap sebagai hal yg negatif karena merujuk pada pacaran, pergaulan bebas dan hal negatif lainnya.
Sampai akhirnya kini muncul tren di kalangan remaja muslim (ikhwan/akhwat) tentang konsep ta'aruf dan nikah muda. Tren tersebut semakin masif ketika banyak dikampanyekan oleh selebgram-selebgram muda.
Tapi akhir-akhir ini, dengan niat untuk menghindari zina dan menghalalkan cinta. Banyak pemuda yang malah dirasa terlalu kebelet. Ta'aruf memang diajarkan agama untuk kita bisa mengenali calon suami/istri, untuk bisa menilai bibit, bebet, dan bobotnya. Ta'aruf kini dinilai sebuah proses yang sangat instan yang dijalani calon pasangan dalam waktu yang singkat.
Tidak sedikit pemuda kini (bahkan banyak di antaranya para selebgram yang menjadi idola remaja) melakukan ta'aruf hanya dalam hitungan hari, hanya melihat isi curriculum vitae (CV), atau bahkan cuma chat di media sosial (Medsos). Lalu satu atau dua minggu setelahnya langsung nikah! Sebenarnya tidak ada patokan waktu lama ta'aruf, yang jelas kita sudah bisa memastikan calon itu baik dan sekufu. Tapi kalau cuma chat medsos, belum pernah ketemu sebelumnya, lalu hitungan hari langsung nikah memang bisa semudah itu mengenali? Ujung-ujungnya saat sudah nikah bercerai karena ada ketidakcocokan dengan sikap pasangan, padahal baru nikah beberapa bulan. (If you know who i mean, yang notabene mereka adalah publik figur yang menjadi idola remaja dan dijadikan sebagai icon relationship goal). Relationship goal itu bukan soal siapa yang cepet-cepetan nikah, tapi siapa yang bisa mempertahankan sampai akhir (akhir hayat).
Nikah muda memang tidak dilarang, tapi dengan catatan orang itu siap melakukannya. Siap tidak hanya secara ekonomi, melainkan juga faktor psikologis, biologis, dan lainnya. Jika kita melihat di banyak kasus, pernikahan muda juga menghadapi masalah serius. Meningkatnya tingkat perceraian, angka meninggalnya bayi baru lahir, meninggalnya ibu, tidak sedikit perempuan yang menikah muda juga kehilangan masa depannya. Intinya tidak semua orang siap dan pantas buat nikah muda. Tapi semua orang menikah pada saat dan kondisi yang ideal. Jadi tidak perlu dikampanyekan berlebihan, apalagi menilai yang tidak nikah muda mendekati zina. (Padahal mereka sibuk bekerja, belajar, atau berkarya dibanding hanya ngurusin masalah selangkangan).
*Penulis adalah aktifis perdamaian dan peneliti di Pusat Studi Timur Tengan dan Perdamaian Global (PSTPG) FISIP UIN JAKARTA