MuslimKota.Com - Perempuan adalah aktor strategis perdamaian di Indonesia, perempuan lebih
toleran daripada laki-laki, sebanyak 80,8 persen perempuan tidak bersedia
menjadi radikal.
Sementara laki-laki yang tidak
bersedia menjadi radikal hanya 76,7 persen menurut Survei nasional bertema
toleransi sosial keagamaan di kalangan perempuan muslim itu
pada Senin, (29/01) di Hotel JS Luwansa Jakarta Selatan.
Selain itu, dukungan perempuan
terhadap kebebasan menjalankan ajaran agama atau keyakinan di Indonesia cukup
tinggi, mencapai 80,7 persen.“Karena itu ini memaparkan rekomendasi terkait
peran perempuan muslim dalam membangun nilai toleransi dan perdamaian,” kata
Direktur Wahid Foundation, Yenny Wahid.
Wahid Foundation melakukan survei
ini bersama dengan United Nation Women dan Lembaga Survei Indonesia yang
dilakukan pada Oktober 2017. Survei ini melibatkan 1.500 responden laki-laki
dan perempuan dengan margin of error 2,6 persen dan tingkat kepercayaan 95
persen. Hasil survei juga menunjukan angka perempuan intoleran lebih sedikit
dibanding laki-laki. Perempuan intoleran sebanyak 55 persen sedangkan laki-laki
59,2 persen. Perempuan juga memiliki lebih sedikit kelompok yang tidak disukai
53,3 persen, dibanding laki-laki 60,3%. Agen Perdamaian “Makin banyak yang
tidak disukai, artinya makin menunjukkan intoleransi tinggi. ujarnya. Maka
perempuan Indonesia memiliki potensi menjadi agen perdamaian,” lanjut Yenny.
Survei nasional juga melihat kesetaraan
gender dipersepsikan oleh perempuan muslim di Indonesia. Hasilnya, 14,9 persen
perempuan mendukung pandangan dan sikap progresif tentang gender. Sebanyak 8,6
persen perempuan juga mendukung pandangan dan sikap yang pro keadilan gender.
“Ini menunjukan jika upaya
pengarusutamaan gender dan pemberdayaan perempuan, merupakan agenda strategis
dalam upaya penguatan toleransi dan perdamaian di kalangan perempuan,” tambah
Yenny.
Perwakilan United Nation Women
Representative, Sabine Machl, menilai hasil survei ini menunjukkan peran
penting dalam penyebaran nilai toleransi dalam komunitas.
“Ini sangat penting memperlihatkan
perempuan untuk menempati posisi dalam kepemimpinan. Ini mengundang kita
melihat apa bisa dilakukan perempuan sebagai agen perubahan,” kata Sabine.
Tampak Hadir perwakilan Ulama
Perempuan, Ormas Prrempuan Indonesia, PP Muslima NU, Menteri Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungab Anak Yohana Yambise, dibuka oleh Menteri PMK Puan
Maharani.
Selepas launching Survei Nasional,
dilanjutkan dengan Halaqoh perempuan untuk perdamaian pada (29-31/01) dihadiri
oleh Ulama Perempuan Indonesia membahas tema stategis perempuan Indonesia dan
Dunia. (Dham)