Tiga Negara (Borneo) Kupas Tuntas Islam dalam Ledakan Era Digital

Tiga Negara (Borneo) Kupas Tuntas Islam dalam Ledakan Era Digital

Selasa, 25 September 2018, September 25, 2018


Muslim Kota - Pontianak, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak menggelar Konferensi Antar Bangsa Islam Borneo (KAIB) yang ke 11 tahun 2018 di Aula Abdurrani Lantai dasar Masjid IAIN Pontianak, Selasa (25/9/2018).

Konferensi dihadiri 3 Negara yang ada di Borneo, yaitu Malaysia, Brunai Darrusallam dan Indonesia sendiri bertajuk tema “Islam dalam Ledakan Era Digital di Borneo”.

Pemateri petama dalam Konferensi ini adalah Dr Rizal Ali, M.Ag selaku Direktur Haji dan Umrah Kementrian Agama Republik Indonesia. Ia mengusung tema dakwah di era digital.

Menurutnya Islam dalam Ledakan Era Digital, cukup melihat kasus yang ada di Indonesia, yang mayoritas masyarakatnya muslim dan sebagian besar penduduknya adalah pengguna Internet maupun media sosial.

Di Indonesia sendiri, segalanya dipermudah dengan adanya Internet. Mulai dari dipermudah mencari informasi hingga dipermudah dalam berniaga,  ijab qobul dalam media ketika berniaga termasuk pembahasan qobul fiqih.

Menurutnya sama halnya orang belajar Islam, dahulu orang belajar Islam dilakukan secara konvensional (face to face) atau dapat dilakukan dengan cara pergi ke masjid, kampus, maupun pesantren. Akan tetapi di era digital ini orang belajar Islam secara Instan.
 

Kehilangan Barokah
Hal ini terdistorsi oeh konsep berkah dalam kitab Ta’lim Muta’allim karya Azzarnuji di mana tidak ada keberkahan seorang guru ketika belajar di media sosial.

Ia juga menjelaskan bukan berarti belajar di media sosial dilarang akan tetapi perlunya mengkombinasikan antara belajar lewat media dan secara konvensional, agar referensi dapat dipertanggung jawabkan.

Ia juga menghimbau agar menyebarkan Islam yang moderat, melalui konsep tawasut, taawudz, tasamuh dan tawadzun, tidak menyebarkan Islam ekstrim kiri maupun Islam ekstrim kanan.

“Kuasai internet berarti kuasai generasi di era digital, dengan cara menyebar islam ramah bukan islam marah, islam yang moderat bukan islam ekstrim kiri maupun kanan,” jelasnya.

Dalam konteks Islam Borneo ia menghimbau agar terus menyebarkan tulisan Islam ramah yang ada di Borneo melalui situs situs yang banyak. Karena Indonesia merupakan penduduk terbanyak yang menggunakan media sosial maka masyarakat Indonesia berpeluang mendapatkan informasi informasi mengenai pengetahuan agama maupun ekonomi.

Lain halnya Dr. Abdul Rahman Junaidi yang merupakan Ahli Dewan Undangan Sarawak dalam konverensi ini mengusung  transformasi umah melalui era digital.

Menurutnya ekonomi digital merujuk pada ekonomi yang berdasrkan teknologi. Dalam penjelasannya Ekonomi digital dapat menyambungkan perdagangan di seluruh dunia.

“Ekonomi digital juga dapat meningkatkan daya saing dan pertumbuhan ekonomi siatu negara, ekonomi ini mengubah cara orang berniaga, Melalui ekonomi Digital dapat menghemat masa, tenaga dan materi,” imbuhnya.
 

Harus Memahami Halal Haram
Ia memberikan contoh tentang ekonomi digital yang maju di dunia seperti Alibaba yang foundernya adalah Jack Ma. Dengan menggunakan Ekonomi Digital diharapkan masyarakat muslim dapat menyebarkan produk halal di seluruh dunia.

Hampir 80% muslim menempati Borneo. Dalam hal ini masyarakat muslim dapat menempatkan diri untuk berusaha memeberdayakan umat Islam, melalui ekonomi digital masyarakat perkampungan diharapkan juga dapat tahu, sehingga dakwah mengenai islam maupun produk islam dapat tersebar.

Selanjutnya Prof.Dr Nurdin Durasit, pengarah Pusat Pendidikan Halalan Thoyyiban Universitas Islam Sultan Sharif Ali Brunei Darussalam menyuguhkan materi “Highlight the Important of Halal Standards among MABIM’s Countries.

Ia mengharapkan peserta KAIB harus memahami mengenai produk halal, karena halal tidak hanya diperuntukan kepada muslim saja akan tetapi juga nonmuslim.

“Halal has exended and widen, it not only thouched on food, but included consumer goods, untuk itu kepada masayarkat Borneo kembangkan dan sebarkanlah produk halal, karena halal berhubungan dengan konteks kualitas,” jelasnya. (mau/duta)

TerPopuler