Pakar Al-Qur’an KH Ahsin Sakho Muhammad kembali menegaskan, bagi seorang Muslim baik, agar berhati-hati jika mendapatkan kabar. Jangan sampai terjebak mempercayai sebuah berita tanpa klarifikasi. Bisa jadi, kabar tersebut bohong (hoaks). Juga jangan gampang menyerbarkannya ke publik karena jika bohong akan terjadi ghibah (bergunjing) secara berantai.
Menurut dosen tafsir di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan IIQ Jakarta ini, Al-Qur’an sudah memberikan panduan kepada umat Islam ketika mendapatkan sebuah kabar. Ia kemudian mengutip sebuah ayat Al-Qur’an (QS. Al Hujurat: 6). Allah Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ
فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا
عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”
Kemudian, doktor ahli qiraah sab’ah ini juga menegaskan bahwa orang Islam jangan suka mencari-cari kesalahan orang lain dan menyebarkan aib mereka.
“Orang lain tidak senang diumbar,” tegas Rais Majelis Ilmy Pimpinan Pusat Jam’iyyatul Qurra wal Huffazh Nahdlatul Ulama (JQHNU), katanya di Jakarta, Senin (1/10) malam.
Menurut dia, orang yang melakukan semua itu kemungkinan besar dalam keadaan hatinya kurang baik. Karenanya tidak mengedepankan kemaslahatan kaum Muslimin.
“Sebab, menyebarkan berita bohong, sama dengan memperbanyak ghibah. Memperbanyak ghibah dengan memperbanyak penyebarannya akan mendapatakn dosanya," pungkasnya. (Abdullah Alawi/NUOL)