MuslimKota.Com -- Jakarta, Pakar Sosiologi Hukum Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Asep Saepudin Jahar mengomentari kejadian seorang perempuan yang mencoba menerobos Istana Presiden dan menodong pistol ke Paspampres dengan misi jihad sebagaimana keterangan Direskrimum Polda Metro Jaya Hengki Haryadi pada Rabu, 26 Oktober 2022, ingin bertemu pak Jokowi untuk menyampaikan bahwa Indonesia ini salah karena dasarnya bukan Islam, tapi Pancasila.
Menurut Prof Asep, cara pandang dan perilaku
sosial keagamaan seperti ini dipengaruhi oleh pemahaman keagamaan sehingga eksistensi
otoritas agama di ruang publik yang patut dicermati kembali.
“Memang, tak sedikit juga tokoh atau
kalangan moderat dan inklusif juga memaksimalkan penggunaan media sosial. Tapi
perimbangannya belum cukup” kata Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Lebih lanjut, doktor lulusan Universitat
Leipzig, Jerman ini menyebut berbagai penelitian menunjukkan betapa masifnya
penggunaan media sosial sebagai alat penyebaran isu-isu keagamaan yang
mendorong lahirnya sentimen anti keberagaman dan toleransi. Bahkan menjadi alat
rekrutmen dalam gerakan radikalisme-terorisme.
“Dunia maya menjadi ruang inkubasi
ajaran-ajaran intoleran yang kemudian tumbuh subur melalui suara otoritas agama
minus kapasitas, tapi memiliki banyak penggemar dan pengikut.”
Untuk itu, Prof. Asep mengajak ormas
Islam moderat perlu bersinergi untuk merumuskan pendekatan dan strategi dakwah
di ruang publik secara masif dan relevan.
“Penting bagi ormas Islam moderat
semisal NU, Muhammadiyah, dan sejenisnya bekerja sama dan berdampingan untuk
menghadapi ‘musuh bersama’ dalam bentuk paham keagamaan yang dangkal, bahkan
membahayakan kehidupan berbangsa dan bernegara”.
Terakhir Mantan Dekan Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini berpesan bahwa ormas Islam moderat
perlu dibarengi dengan penguatan rekayasa teknologi dalam dunia informasi. Reposisi
dakwah harus dilakukan dalam keseluruhan aspek, baik itu alat, skill,
juga tentu budaya kerja-kerja dakwah.
“Masukan ini mungkin sederhana dan
bisa dianggap klise. Tapi jika diturunkan dalam rincian strategi dan
direalisasikan secara serius, upaya-upaya untuk menjaga Indonesia sebagai rumah
bagi Islam toleran dan moderat akan sangat terbantu” tutupnya. (Tsaqofi)