Kasus Elina, Prof Asep Saepudin Jahar Ajak Ormas Moderat Mengawal Otoritas Keagamaan di Ruang Publik

Kasus Elina, Prof Asep Saepudin Jahar Ajak Ormas Moderat Mengawal Otoritas Keagamaan di Ruang Publik

Jumat, 28 Oktober 2022, Oktober 28, 2022


MuslimKota.Com -- Jakarta, Pakar Sosiologi Hukum Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Asep Saepudin Jahar mengomentari kejadian seorang perempuan yang mencoba menerobos Istana Presiden dan menodong pistol ke Paspampres dengan misi jihad sebagaimana keterangan Direskrimum Polda Metro Jaya Hengki Haryadi pada Rabu, 26 Oktober 2022, ingin bertemu pak Jokowi untuk menyampaikan bahwa Indonesia ini salah karena dasarnya bukan Islam, tapi Pancasila.


Menurut Prof Asep, cara pandang dan perilaku sosial keagamaan seperti ini dipengaruhi oleh pemahaman keagamaan sehingga eksistensi otoritas agama di ruang publik yang patut dicermati kembali.


“Memang, tak sedikit juga tokoh atau kalangan moderat dan inklusif juga memaksimalkan penggunaan media sosial. Tapi perimbangannya belum cukup” kata Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


Lebih lanjut, doktor lulusan Universitat Leipzig, Jerman ini menyebut berbagai penelitian menunjukkan betapa masifnya penggunaan media sosial sebagai alat penyebaran isu-isu keagamaan yang mendorong lahirnya sentimen anti keberagaman dan toleransi. Bahkan menjadi alat rekrutmen dalam gerakan radikalisme-terorisme.


“Dunia maya menjadi ruang inkubasi ajaran-ajaran intoleran yang kemudian tumbuh subur melalui suara otoritas agama minus kapasitas, tapi memiliki banyak penggemar dan pengikut.”


Untuk itu, Prof. Asep mengajak ormas Islam moderat perlu bersinergi untuk merumuskan pendekatan dan strategi dakwah di ruang publik secara masif dan relevan.


“Penting bagi ormas Islam moderat semisal NU, Muhammadiyah, dan sejenisnya bekerja sama dan berdampingan untuk menghadapi ‘musuh bersama’ dalam bentuk paham keagamaan yang dangkal, bahkan membahayakan kehidupan berbangsa dan bernegara”.


Terakhir Mantan Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini berpesan bahwa ormas Islam moderat perlu dibarengi dengan penguatan rekayasa teknologi dalam dunia informasi. Reposisi dakwah harus dilakukan dalam keseluruhan aspek, baik itu alat, skill, juga tentu budaya kerja-kerja dakwah.


“Masukan ini mungkin sederhana dan bisa dianggap klise. Tapi jika diturunkan dalam rincian strategi dan direalisasikan secara serius, upaya-upaya untuk menjaga Indonesia sebagai rumah bagi Islam toleran dan moderat akan sangat terbantu” tutupnya. (Tsaqofi)

 

 

TerPopuler